Para ahli mengatakan bahwa orang-orang Israel biasa menggunakan daun-daun palem di Bait Allah dalam perayaan Pondok Daun dan mereka sudah menyiapkan sebelumnya dari rumah, kemudian ketika mereka bertemu dengan Yesus mereka melambai-lambaikan daun-daun palem tersebut. Tindakan mereka tersebut menjadi sebuah tanda penghormatan kepada seorang pemenang atau untuk menyambut pahlawan perang yang baru kembali dari pertempuran.
Di dalam pemikiran orang banyak itu, seruan “hosanna” mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan daun palem. Kata הושׁיעה־נא (hôši˓āh-nā) merupakan sebuah bentuk penekanan dari kata perintah “give salvation now” (berikanlah keselamatan sekarang) yang kemudian menjadi sebuah sambutan bahkan pujian. Hal ini mirip dengan perisitwa dalam Mzm 118:25 yang sangat familiar dengan orang Yahudi. Dalam perayaan Pondok Daun, koor Bait Allah akan menyanyikan Mzm 113-118 (Hallel) setiap pagi dan ketika mereka tiba pada Mzm. 118:25 dan mengatakan “Hosanna” maka semua laki-laki (muda dan dewasa) di Bait Allah melambai-lambaikan lulab (melati yang diikatkan dengan daun palem) sambil menyerukan “hosanna” 3 kali. Tindakan ini merupakan sebuah ekspresi dari sukacita atau kemenangan. Sehingga orang-orang Yahudi sudah biasa mengasosiasikan lulab tersebut dengan seruan “hosanna.” Itulah sebabnya mereka secara spontan menyerukan Mzm 118 “diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,” ketika mereka melambai-lambaikan daun palem. Ucapan ini pada awalnya ditujukan kepada para peziarah yang datang ke Bait Allah, namun ucapan ini juga memiliki aplikasi yang khusus kepada Mesias, menurut catatan Midrash dari Mzm 118.
Yesus Menunggangi Seekor Keledai (12:14-15)
Catatan injil sinoptik memberikan keterangan lebih detil mengenai persiapan Yesus masuk ke Yerusalem dan dielu-elukan. Yesus menggunakan keledai dan bukan seekor kuda. Yesus melakukan hal tersebut (naik keledai muda) untuk menggenapi nubuatan Nabi Zakharia (9:9). Kuda adalah simbol dari kekuatan dan keperkasaan dan memiliki asosiasi yang kuat dengan peperangan (bnd. Yes. 31:1–3; 1 Raja 4:26), namun Yesus memilih menggunakan keledai. Selain untuk menggenapkan apa yang dinubuatkan nabi, Yesus sebenarnya menyampaikan pesan kepada orang banyak yang menyambutnya. Ia adalah Mesias tetapi Dia bukanlah mesias yang sesuai dengan harapan bangsa Israel. Yesus tidak akan memimpin bangsa itu untuk melakukan peperangan dan mengusir penjajah dari tanah Israel. Ia datang untuk memberikan keselamatan kepada manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah. Yesus adalah utusan Bapa supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal.
Kutipan dari Zak. 9:9 menyebutkan bahwa raja yang darang dengan keledai beban yang muda itu adalah raja yang lemah lembut. Sehingga hal ini semakin menegaskan bahwa wajah Mesias yang datang tidaklah sesuai dengan keinginan orang-orang Yahudi. Jika dihubungkan dengan konteks Zak 9:9, maka kurang lebih apa yang Yesus lakukan ini dapat disimpulkan demikian: (1) Kedatangan raja yang lemah lembut berkaitan dengan penghetian peperangan, dalam arti misi Yesus tidak dapat disamakan atau berjalan bersama dengan gerakan zelot. (2) Kedatangan raja yang lemah lembut berasosiasi dengan proklamasi kedamaian bagi bangsa-bangsa, dan Zakharia mengutip Mzm. 72:8 yang menegaskan janji akan pemerintahannya akan membentang dan meluas ke ujung-ujung bumi. (3) Kehadiran raja yang lemah lembut itu juga berasosiasi dengan darah perjanjian Allah yang akan membebaskan para tawanan (bnd. 1:29, 34; 3:5; 6:35-58; 8:31-34) serta juga berhubungan dengan Paskah dan kematian dari raja yang melayani.
Ketidakmengertian para murid (12:16)
Meskipun murid-murid melihat Yesus dielu-elukan sebagai raja ketika masuk ke Yerusalem, Yohanes mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu. Mereka baru mengerti bahwa nas Zakharia itu sungguh-sungguh berbicara tentang Kristus. Yohanes memberikan kalimat kunci “setelah Yesus dimuliakan,” barulah mereka mengerti. Bagian ini persis sama dengan peristiwa Yesus ketika Yesus membersihkan Bait Allah (Yoh. 3:22). Pengertian mereka menjadi jelas ketika Kristus sudah dimuliakan. Setelah Yesus dimuliakan murid-murid pun menerima Roh Kudus, sehingga dapat kita simpulkan bahwa titik balik pengertian dan pengenalan murid-murid akan Tuhan adalah kematian, kebangkitan dan Roh Kudus. Sebab Yohanes, merupakan penulis Injil yang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus dibandingkan para penulis Injil yang lain. Oleh karena itu peran Roh Kudus untuk membuat orang menjadi percaya kepada Kristus dan firman Allah sangat signifikan dalam Injil Yohanes.
Orang banyak yang percaya kepada Yesus (12:17-19)
Bagian ini menjelaskan bahwa orang banyak yang hadir terbagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama adalah saksi mata kebangkitan Lazarus yang kemungkinan besar datang dari Betania. Golongan kedua adalah orang-orang yang mendengar kesaksian tentang perbuatan Yesus yang membangkitkan Lazarus dari kelompok yang pertama. Catatan ini menyatakan dengan jelas bahwa usaha perlawanan orang-orang Yahudi tidak mampu membuat orang-orang menyangkal bahwa sungguh Yesus adalah Tuhan dan Raja. Padahal para imam-imam kepala dan komplotannya sudah berencana untuk membunuh Lazarus karena dengan kebangkitannya banyak orang yang menjadi percaya kepada Yesus. Di sini Yohanes menegaskan bahwa para orang-orang yang melihat kebangkitan Lazarus adalah “para penginjil” yang membuat kumpulan orang banyak itu datang dan menyerukan “Hosana” kepada Yesus dengan palem-palem yang melambai. Sehingga apa yang dijelaskan di prolog Injil merupakan suatu pola yang konsisten: Signs - Glory - Believe - Saved by Jesus’ death.